Anak merupakan amanah Allah bagi orang tuanya, dengan tugas dan tanggung
jawab yang dilekatkan untuk mengasuh dan mendidik mereka. Bagaimana
orang tua menerapkan cara pengasuhan dan pendidikan menentukan akan
menjadi bagaimanakah nantinya anak tersebut. Al-Quran menyebut adanya
anak yang: (1) menjadi musuh (aduwwun) bagi orang tuanya; (2) anak yang
menjadi fitnah (fitnatun) bagi orang tuanya; (3) sebagai hiasan atau
kesenangan duniawi (zinatul hayatid dunya); (4) cindera mata hati
(qurrata a’yun) karena ia merupakan ladang amal bagi orang tuanya.
Sifat-Sifat Remaja
Mendidik anak, utamanya ketika memasuki masa remaja, yang merupakan masa
peralihan antara masa kanak-kanak dan dewasa. Masa remaja yang ditandai
dengan kematangan fisik dan seksual, perubahan naluri, pemikiran dan
pola hubungan sosial, secara syar’i mereka telah mencapai usia bulugh
(baligh). Masa tersebut dimulai pada usia 11 atau 12 untuk wanita, 13
sampai 15 untuk pria, dan biasanya diakhiri pada usia 21 atau 22 tahun.
Pada masa ini anak memerlukan perhatian yang lebih serius. Hal ini
disebabkan anak usia remaja yang mengalami berbagai perubahan dalam
berbagai segi kepribadian-nya belum cukup memiliki pengalaman sekaligus
sering diperlakukan secara mendua sehingga menimbulkan berbagai
permasalahan bagi diri dan lingkungannya. Para orang tua dan pendidik
hendaknya mampu memahami dan menyikapi perubahan tersebut Selain itu
orang tua diharapkan mampu men¬ciptakan kiat (cara-cara) yang andal
untuk menghadapi dan membantu mereka dalam mengatasi berbagai masalahnya
sehingga di antara anak dengan orang tua tetap terjalin keserasian
hubungan.
Belajar Dari Rasulullah SAW
Seorang pemuda mulai menginjak jenjang kelaki-lakian dan seorang pemudi
mulai menginjak jenjang kewanitaan dengan daya tarik dan misteri-misteri
yang mengun¬dang kebingungan dan kegelisahaan.
Abi Umamah, dalam hadits riwayat Ahmad, mengisah¬kan bahwa seorang
pemuda telah datang menghadap Nabi saw. seraya berkata, “Wahai
Rasulullah, izinkanlah aku berzina.” Orang-orang yang ada di sekitarnya
menghampiri dan memaki, “Celaka engkau, celaka engkau!” Rasulullah saw.
mendekati pemuda itu dan duduk di sampingnya: Kemudian terjadilah tanya
jawab (dialog) yang panjang antara Rasulullah saw. dengan pemuda itu:
Nabi saw: “Apakah engkau ingin hal itu (zina) terjadi pada ibumu?”
Pemuda : “Sekali-sekali tidak. Demi Allah yang menjadikanku sebagai tebusan Tuan.”
Nabi saw: “Begitu pula orang lain, tidak ingin hal itu terjadi pada ibu
mereka. Apakah engkau ingin hal itu terjadi pada saudara perempuanmu?”
Pemuda : “Sekali-sekali tidak. Demi Allah yang menjadikanku sebagai tebusan Tuan.”
Nabi saw: “Begitu pula orang lain, tidak ingin hal ini terjadi pada
saudari-saudari mereka. Apakah engkau ingin hal ini terjadi pada saudara
perempuan bapakmu?”
Pemuda : “Sekali-sekali tidak. Demi Allah yang menjadikanku sebagai tebusan Tuan.”
Nabi saw: “Begitu pula orang lain, tidak ingin hal itu terjadi pada
sudara perempuan bapak mereka. Apakah engkau ingin hal itu terjadi pada
saudara perempuan ibumu?”
Pemuda : “Sekali-sekali tidak. Demi Allah yang menjadikanku sebagai tebusan Tuan.”
Nabi saw: “Begitu pula orang lain, tidak ingin hal itu terjadi pada saudara perempuan dari ibu mereka.”
Kemudian Nabi saw. memegang dada pemuda itu seraya berdoa, “Ya Allah,
ampunilah dosanya, sucikanlah hatinya, dan peliharalah kemaluannya!”
Setelah peristiwa itu, pemuda tadi menjadi orang yang arif.
Beberapa nilai pendidikan yang terdapat pada peristiwa tersebut:
1. Rasulullah saw. Sangat memahami kejiwaan pemuda tersebut. Beliau
tidak marah, bahkan memintanya untuk duduk didekatnya. Pengaruhnya sang
pemuda merasa dihargai.
2. Rasulullah saw. menggunakan cara dialog, bertanya jawab secara bijak
karena melalui cara tersebut anak dapat melontarkan pendapat kepada
pendidiknya. Dan koreksi atas suatu pandangan dapat diberikan.
3. Masalah yang beliau tanyajawabkan berkisar pada masalah yang sedang
dihadapi si pemuda tadi dan tidak keluar dari inti permasalahan atau
tidak memecahkan konsen-trasi pemuda tadi dengan masalah-masalah yang
lain.
4. Tanya jawab yang dilakukan Rasulullah saw merupakan cara yang paling
cemerlang karena jawaban akan langsung keluar dari anak itu sendiri.
Ketika Rasulullah saw. bertanya “apakah engkau suka bila zina dilakukan
pada ibumu?” jawaban sang pemuda merupakan dalil pelarangan zina untuk
dirinya sendiri. Selain itu, jawaban “sekali-kali tidak, demi Allah yang
menjadikan saya se¬bagai tebusan Tuan,” merupakan pengakuan atas
kesa¬lahan yang paling gamblang. Secara rinci, manfaat yang dapat kita
ambil adalah:
a.Terjadinya interaksi esensial antara seorang anak didik dengan pendidiknya.
b. Pikiran anak didik akan terfokus dan terpusat pada pertanyaan yang dilontarkan.
c. ]awaban yang menggunakan kalimat negatif merupakan metode pendidikan
yang ilmiah dan realistis serta menjadi hujjah atas pelanggaran
terhadap perbuatan tertentu, baik secara kemasyarakatan maupun
kemanusiaan.
5. Jumlah pertanyaan Rasulullah saw. yang banyak dapat menjadi dalil
keyakinan yang menunjuk¬kan keingkaran pemuda itu terhadap perbuatan
zina. Banyaknya dalil merupakan salah satu kiat pendidik¬an yang
memperkuat hujjah dan alasan.
6. Di antara kiat penyembuhan yang digunakan Rasulullah saw. adalah
meletakkan tangannya yang mulia di dada orang yang mendapat masalah.
Ketika beliau mele-takkan tangannya di dada pemuda tadi, dia pasti akan
merasakan ketenteraman serta ketenangan jiwa. Sebab, ketika itu beliau
mendoakan si pemuda dengan inti doa yang mencakup pengampunan dosa,
penyucian hati, dan pemeliharaan kemaluan. Bercermin dari itu, tampaknya
orang tua wajib menjadikan doa sebagai salah satu sarana penyembuh
penyakit hati anaknya. Rasulullah saw. telah bersabda, “Ibadah yang
paling utama adalah doa.” (Shahih al ]ami’ Ash Shaghir, hadits no.
1108). Dan Firman Allah, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan
kuperkenankan doa¬mu.” (QS76: 8)
Belajar dari i’tibar di atas Najib Khalid Al’Amir dalam bukunya
“Tarbiyah Rasulullaw” menyarankan agar orang tua dan pendidik mengambil
sikap terhadap anak-anak mereka yang sedang remaja, seperti tertera
berikut ini:
1. Mengetahui secara optimal perubahan-perubahan yang terjadi pada
anak-anak mereka yang sedang remaja de¬ngan melakukan pengamatan yang
jeli.
2. Mengarahkan mereka (anak-anak) untuk selalu pergi ke masjid sejak
kecil sehingga memiliki disiplin naluriah dan andil yang potensial dalam
lingkungan rabbaniah. Jika dia seorang pemuda, anjurkan untuk
membiasakan shalat berjamaah dan membaca A1 Qur’an.
3. Membuka dialog dan menyadarkan mereka akan status sosial mereka.
4. Menanamkan rasa percaya diri pada diri mereka dan siap mendengarkan pendapat-pendapat mereka.
5. Menyarankan agar menjalin persahabatan dengan teman¬teman yang baik.
Sikap tersebut dapat menjadi perisai positif dan menjauhkan mereka dari
perbuatan-per-buatan nista.
6. Mengembangkan potensi mereka di semua bidang yang bermanfaat.
7. Menganjurkan kepada mereka untuk berpuasa sunah karena hal itu dapat menjadi perisai dari kebobrokan moral.
Ulama yang lain, Abdullah Nashih Ulwan mengajukan dua pedoman pokok
untuk mendidik anak, yaitu pedoman mengikat dan pengawasan. Anak perlu
diikat dengan aqidah, ibadah (wajib dan sunnah), pola pemikiran yang
islami, nilai dan peran kemasyarakatan (pergaulan dengan akhlaq
terpuji), dan dorongan pengembangan bakat serta potensi pribadi. Adapun
pengawasan merupakan sikap kewaspadaan orang tua dalam mengamati setiap
perkembangan anak-anaknya. Orang tua perlu mengawasi anaknya agar tetap
berada pada jalur yang benar, tidak melakukan penyimpangan baik dalam
hal makanan, pakaian, pergaulan, pola pemikiran, pengembangan kebiasaan,
tradisi, dan amal ibadah pada umumnya.
Sejumlah saran yang beliau ajukan dalam upaya mendidik anak dan remaja antara lain:
• Menanamkan kerinduan pada usaha yang mulia
• Menyalurkan bakat fitri anak
• Menjalin hubungan yang baik anatara rumah, masjid, dan sekolah
• Memperkuat hubungan orang tua, pendidik, dan anak
• Menerapkan aturan secara ajeg
• Menanamkan kecintaan anak pada belajar
• Menyediakan sarana pembudayaan yang bermanfaat
• Menanamkan tanggung jawab keislaman
• Memperdalam semangat jihad
Tidak ada komentar:
Posting Komentar